Jumat
empat November dua ribu enam belas terjadi demo besar-besar an, lautan putih
menyelimuti Ibu kota, menuntut “keadilan” dari dugaan penistaan agam yang
dilakukan gubernur sekaligus calon gubernur Basuki
Tjahja Purnama atau yang akrab disapa Ahok.
Dugaan
penistaan agama ini terjadi akibat pernyataan sang gubernur saat berpidato di
kepulauan seribu, lalu kemudian video itu pun menjadi viral di media sosial
facebook, Buni Yani seorang dosen
salah satu perguruan tinggi di Jakarta pengunggah video yang menjadi viral
hingga ditonton dan di share jutaan kali oleh pengguna facebook lain nya.
Kali ini saya tidak akan
membahas soal kasus ini, kali ini saya justru membahas mengenai bahasa
Indonesia. Dimana Indonesia adalah Negara yang unik, dengan orang-orang yang
unik, dan Bahasa yang sangat unik.
Mengapa
saya mengatakan demikian?, karna penambahan dua huruf didalam sebuah kata saja
dapat mengubah arti, contoh :
Main apa bila ditambahkan dua huruf a-n menjadi mainan maka artinya pun akan berubah, begitu juga saat kita
menambakan kata yang sama hingga terbentuk menjadi sebuah kalimat main-main, artinya berubah begitu juga
saat kita menambahkan kata yang sama kembali namun ditambahkan huruf a-n di belakang nya main-main mainan maka merubah arti nya kembali.
Sedangkan
apa bila pada kalimat Mainan diubah
dua huruf belakang nya menggunakan kata i-n
menjadi mainin akan mengubah kembali
artinya.
Itu lah mengapa bahasa Indonesia
saya anggap sebagai bahasa yang unik karna prakasa katanya mengandung arti,
setiap huruf nya mengandung arti dan setiap kalimat yang terbentuk dari dua
suku kata atau lebih mengandung sebuah arti.
Bahasa
Indonesia adalah bahasa dengan filosofi
tinggi, itu lah kenapa kita harus menyimak
dan mentela’ah artinya baik-baik.
Itu lah
megapa ada ungkapan kuno jangan pernah
menlan mentah-mentah karna apa yang kamu nilai artinya belum tentu itu
artinya.
Sedangkan kata tidak yang menjadi polemik saat ini
dimana Buni Yani disangka kan menyunting transkrip video tersebut dengan
menghilangkan kata tidak dan tentu
itu merubah artinya.
Mengenai
siapa yang salah (?) itu semua tergantung perspektif anda, bagai dua orang bersebelahan
melihat angka enam dari sisi samping, di sisi kanan orang tersebut benar
mengatakan bahwa itu adalah angka enam, namun di sisi kiri tidak salah juga
mengatakan bahwa itu angka Sembilan karna memang terlihat seperti itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar